Etnomatematika sebagai salah satu upaya penguatan kearifan lokal dalam pembelajaran matematika
Abstrak
Arus globalisasi perlahan telah mengikis nilai-nilai luhur budaya bangsa yang telah diwariskan oleh para leluhur sejak abad-abad sebelumnya. Nilai-nilai kearifan budaya lokal yang merupakan bagian dari identitas diri suatu bangsa seringkali terlupakan seiring kehidupan yang semakin modern. Apabila hal semacam ini terus-menerus dibiarkan terjadi, maka bukan tidak mungkin jika pada akhirnya bangsa ini akan kehilangan jati dirinya. Untuk itulah penguatan kearifan lokal menjadi suatu hal yang perlu diupayakan dengan sungguh-sungguh, salah satunya melalui pendidikan. Dalam kajian ini dibahas mengenai upaya penguatan kearifan lokal dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika, melalui pembelajaran berbasis budaya. Sekitar tahun 1985, D’Ambrosio memperkenalkan konsep pembelajaran berbasis budaya dalam konteks matematika yang kemudian dikenal dengan istilah etnomatematika. Secara umum, etnomatematika dapat dipandang sebagai suatu konsep pembelajaran matematika dalam kerangka budaya dan antropologi. Dalam etnomatematika, siswa bukan hanya diajak untuk mengembangkan kemampuan matematisnya melainkan juga mempertahankan budaya yang merupakan karakter asli bangsanya. Oleh sebab itu, etnomatematika dipandang relevan tidak hanya untuk mengembangkan kemampuan matematis siswa, namun juga memperkuat nilai-nilai kearifan lokal dalam diri siswa tersebut.
##plugins.generic.usageStats.downloads##
Referensi
Barton. (1994). Ethnomathematics:Exploring Cultural Diversity in Mathematics. Disertasi, tidak dipublikasikan. University of Auckland.
D’Ambrosio, U. (1985). Ethnomathematics and its place in the history and pedagogy of mathematics. For the Learning of Mathematics, 5(1), 44-48.
Ekowati, D. W., Kusumaningtyas, D. I., & Sulistyani, N. (2017). Ethnomathematica dalam Pembelajaran Matematika (Pembelajaran Bilangan dengan Media Batik Madura, Tari Khas Trenggal dan Tari Khas Madura). Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar (JP2SD), 5(2), 716-721.
Fajarini, U. (2014). Peranan kearifan lokal dalam pendidikan karakter. SOSIO-DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 1(2), 123-130.
Gerdes, P. (1994). Reflections on ethnomathematics. For the Learning of Mathematics, 14(2), 19-22.
Goldberg, M. (2000). Art and learning: An integrated approach to teaching and learning in multicultural and multilingual settings (2nded). New York: Addison Wesley Longman.
National Council of Teacher of Mathematics. (2000). Principles and Standard for School Mathematics. Reston, V. A.: NCTM.
Orey, D., & Rosa, M. (2007). Cultural assertions and challenges towards pedagogical action of an ethnomathematics program. For the Learning of Mathematics, 27(1), 10-16.
Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
Sardjiyo & Pannen, P. (2005). Pembelajaran berbasis budaya: model inovasi pembelajaran dan implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Jurnal Pendidikan, 6(2), 83-98.
Sartini, S. (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafati. Jurnal Filsafat, 14(2), 111-120.
Sudarsana, I. K. (2017, October). Pengembangan pendidikan berbasis kearifan lokal untuk mewujudkan toleransi antar umat beragama. Prosiding, Seminar Nasional Filsafat yang diselenggarakan oleh Fakultas Brahma Widya IHDN, tanggal 17 Maret 2017. Denpasar: Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.
Supriadi, S., Arisetyawan, A., & Tiurlina, T. (2016). Mengintegrasikan Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya Banten Pada Pendirian SD Laboratorium UPI Kampus Serang. Mimbar Sekolah Dasar, 3(1), 1-18.
Wuryandani, W. (2010). Integrasi nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran untuk menanamkan nasionalisme di sekolah dasar. Prosiding, Seminar Nasional Lembaga Penelitian yang diselenggarakan oleh UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.