Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sains
Abstract
Krisis multidimensi yang telah melanda bangsa Indonesia yang kemudian “diobati” dengan reformasi, ternyata diikuti pula oleh beberapa penyimpangan yang bersifat kontraproduktif, yakni krisis etika dan moralitas yang semakin akut. Pendidik yang handal, profesional dan berdaya saing tinggi, serta memiliki karakter yang kuat dan cerdas merupakan modal dasar dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas yang mampu mencetak sumberdaya manusia yang berkarakter, cerdas dan bermoral tinggi. Karakter yang dapat diterapkan melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (SAINS) adalah objektif (objectivity), teliti (accuracy), tepat (precisión), mencari kebenaran (pursuit of truth), pemecahan masalah (problem solving), keselamatan dan resiko (protect human file: safety and risk), manusiawi (regard human significance), kejujuran intelektual (intelectual honesty), kejujuran akademik (academic honesty), berani (courage), rendah hati (humility), pengambilan keputusan (decisión-making), kesediaan menunda keputusan (willingness to suspend judgment), inkuiri sains (scientific inquirí: being fair and just), bertanya tentang semua hal (questioning of all thing), memverifikasi (demand for verification), menjunjung tinggi logika (respect fo logic), integritas (integrity), tekun/gigih (diligence), ulet (persistence), ingin tahu (curiosity), berpikiran terbuka (open-mindedness), evaluasi alternatif secara kritis (critical evaluation of alternatives) dan imaginasi (imagination). Belum maksimalnya pendidikan karakter yang dilaksanakan selama ini karena masih menggunakan cara berikut: 1) pendidikan karakter tidak dirancang dalam pembelajaran. 2) pendidikan karakter hanya masuk pada kegiatan ekstra. 3) dan pendidikan karakter menjadi pelajaran tersendiri. Beberapa pendekatan ideal yang dapat dilakukan terkait dengan pendidikan karakter adalah: 1) pendekatan holistik, 2) membangun sebuah ”Komunitas Peduli”, 3) mengajarkan nilai-nilai melalui kurikulum, 4) diskusi kelas, 5) dan layanan belajar (learning service). Melalui pembelajaran dengan metode praktikum di samping melatihkan kecakapan intelektual dan keterampilan siswa (berpikir ilmiah dan proses ilmiah) dapat dilatihkan pula sikap ilmiah yang komponen-komponennya meliputi: ketelitian, kejujuran, tanggung jawab, kebersamaan, etika, dll yang akan membentuk karakter siswa jika pembiasaan tersebut telah melekat pada diri siswa. Pendidikan karakter yang merupakan tanggung jawab bersama perlu dilakukan melalui strategi pengembangan secara mikro bagi dunia pendidikan (sekolah), namun juga perlu dilakukan melalui strategi dalam konteks makro (nasional), agar pendidikan karakter menjadi habitual bukan sekedar wacana