PROSES KREATIF DALAM PEMBELAJARAN KOREOGRAFI BERBASIS KEARIFAN LOKAL
Abstract
Koreografi dalam dunia pendidikan tidak terpisah dengan proses kreatif dan berfokus pada pemberian pengalaman untuk bekal kemampuan dalam menyusun dan menata segala unsur tari hingga menjadi karya yang bernilai pendidikan, budaya, estetis dan artistik. Kearifan lokal mampu menjadi sumber inspirasi penciptaan koreografi, diciptakan dengan proses kreatif sebagai media mempertahankan nilai-nilai arif didalamnya. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif, dengan observasi partisipatif dan dokumentasi. Hasil penelitian yang diteukan adalah terdapat 3 koreografi berbasis kearifan lokal, yaitu tari Basirat Paring (Kalimantan Selatan), Baungal Wigas (Kalimantan Selatan), dan Batatenga (Kalimantan Tengah). Perwujudan kearifan lokal tampak jelas dari unsur tema, gerak, iringan musik, tata kostum, artistik, properti tari dan tempat pentas. Proses kreatif yang dilalui sebagai pembelajaran menggunakan 4C (Critical Thinking, Communication, Creative Thinking, Collaboration), dengan metode belajar demonstrasi, diskusi dan praktik. Sedangkan, tahap penciptaan tari menggunakan Alma m Hawkins (eksplorasi, improvisasi, forming). Kreativitas menyiratkan pemikiran imajinatif: penginderaan, perasaan, pencitraan, dan pencarian kebenaran. Perjalanan ini penting sebagai proses batin “melihat, mendalami, dan mewujudkan”. Proses ini kemudian menjadi kerangka kerja seorang koreografer, atau dapat kita sebut sebagai proses koreografi. Fase yang dilalui antara lain; merasakan, menghayati, mengkhayalkan, mengejewantahkan, dan memberikan bentuk. Kecondongan dalam kelas menggunakan tipe proses kreatif rasional yang memfokuskan pada penanaman nilai pendidikan dan budaya lokal pada peserta didik secara sistematis. Koreografi berbasis kearifan lokal perlu terus dilanjutkan dan dikembangkan dengan dasar kreatifitas yang mapan agar mendukung eksistensi Kearifan lokal Kalimantan sebagai jati diri bangsa Indonesia